Baltimore,
AS, Peneliti di Johns Hopkins menemukan bahwa antibiotik aman dan murah
yang biasa digunakan untuk mengobati jerawat sejak tahun 1970-an dapat
membuat HIV atau virus penyebab AIDS tertidur dan mencegah virus
tersebut aktif kembali dan bereplikasi.
Obat antibiotik bernama minocycline mungkin akan memperbaiki regimen
pengobatan saat ini untuk pasien terinfeksi HIV jika digunakan dalam
kombinasi berdasar standar obat HAART (Highly Active Antiretroviral
Therapy). Riset yang baru dipublikasikan online ini akan dicetak pada
Journal of Infectious Diseases edisi 15 April.
“Keuntungan yang kuat menggunakan minocycline adalah bahwa virus yang
muncul berkurang sehingga mampu mengembangkan resistensi obat karena
target minocycline adalah di jalur sel bukan protein virus,” kata Janice
Clements, Ph.D, wakil dekan fakultas dan profesor molekular dan
komparatif Pathobiology di Johns Hopkins University School of Medicine,
seperti dilansir dari MedicalNewsToday, Selasa (23/3/2010).
Menurut Clements, tantangan yang besar merawat pasien HIV saat ini
adalah agar virus tetap terkunci dalam keadaan tidak aktif. ART
(Antiretroviral Therapy) benar-benar efektif meredam replikasi
(duplikat) aktif, minocycline adalah cara lain untuk pertahanan melawan
virus.
Tidak seperti obat-obatan yang digunakan dalam ART yang menargetkan
virus, target minocycline adalah sel kekebalan yang dikenal sebagai sel
T. Menurut Clements, minocycline mengurangi kemampuan sel T untuk aktif
dan berkembang biak, dua langkah yang penting pada produksi dan
perkembangan HIV menuju AIDS.
ART biasanya dapat melindungi orang HIV dari sakit, tapi itu bukan
obat. Virus HIV dijaga pada tingkat yang rendah tetapi tidak pernah
sepenuhnya dibersihkan. Virus tersebut diam-diam tetap bersembunyi pada
sel-sel kekebalan. Jika seseorang berhenti mengonsumsi ART atau
melewatkan dosisnya, virus dapat aktif kembali, keluar dari sel-sel
kekebalan tubuh dan mulai menyebar.
Gagasan untuk menggunakan minocycline sebagai tambahan terhadap ART
muncul ketika tim peneliti Hopkins melakukan penelitian pada pasien
rematik yang menunjukkan efek anti-inflamasi dari minocycline pada sel
T.
Tim Hopkins menghubungkan dengan penelitian sebelumnya, yang
menunjukkan bahwa pengobatan minocycline memiliki banyak efek yang
menguntungkan pada kera yang terinfeksi SIV, HIV versi primata. Monyet
yang diobati dengan minocycline, beban virus dalam cairan serebrospinal
dan RNA virus di otak secara signifikan menurun. Obat ini juga
menunjukkan pengaruh aktivasi dan proliferasi sel T.
“Karena minocycline dapat mengurangi aktifasi sel T, Anda mungkin
berpikir itu akan merugikan sistem kekebalan pada kera, yang sangat
mirip dengan manusia, tapi kita tidak melihat efek merugikan,” kata
Gregory Szeto, mahasiswa pascasarjana di Department of Cellular and
Molecular Medicine yang bekerja di Retrovirus Laboratory di Hopkins.
Menurutnya, obat ini pada keseimbangan yang baik, dan ideal untuk HIV
karena targetnya sangat spesifik yaitu aspek aktifasi sistem kekebalan.
Keberhasilan pada penelitian kera itu mendorong tim untuk mempelajari
apakah pengobatan minocycline berpengaruh pada latensi dalam sel T
manusia yang terinfeksi oleh HIV. Tim menggunakan sel manusia yang
terinfeksi HIV yang memakai ART, mengisolasi sel-sel kekebalan yang
“beristirahat” dan memperlakukan setengahnya dengan minocycline.
“Minocycline mengurangi kemampuan virus untuk keluar dari sel T
terinfeksi yang beristirahat,” Szeto. Hal ini mencegah virus melarikan
diri pada seseorang yang menggunakan ART, dan karena itu dapat mencegah
aktivasi virus, mempertahankan tingkat latensi virus atau bahkan
menurunkannya.(mer/ir) sumber detik
No comments:
Post a Comment
terimah kasih udh memberi masukan